Tuesday, July 9, 2013

Persinggahan

Di mana kan ku temui persinggahan?
Sedangkan dinginnya hujan
masih setia menggenggam rasa yang telah mati...

Monday, April 8, 2013

Senja

Panggil saja aku Senja. Aku lahir di sebuah hujan gelap. Suatu kelahiran yang aneh, karena cakrawala tidak berwarna jingga seperti yang seharusnya ketika sebuah senja menjadi pengantar nyanyian malaikat menjelang malam. Bahkan mungkin nama Senja itu asal saja keluar dari mulut ibuku saat dia mengerang kesakitan dan kesal dengan bapakku yang menghiburnya agar tetap sabar .Mungkin benar , saat aku lahir adalah saat dimana epilog termanis dari sebuah hari atau bahkan sebaliknya, saat dimana semua kegelapan berkumpul untuk berpora dalam sebuah malam tanpa suara.
Dan akhirnya aku harus memilih antara terang dan gelap, aku tidak bisa ditengah2 dengan bernama Senja. Akhirnya akupun memilih kegelapan dan Akupun mulai mencintai malam dengan catatan-catatan yang kurobek di pinggirnya. Malam menasbihkan pertanyaan2 yg tak pernah terjawab tentang sejuta matahari pada sebuah senja. Aku pun akhirnya melahirkan sebuah malam, dimana ada di aliran darahku tentang semua kegilaan pada hidup menjadi sesuatu yang absurd untuk dipertanyakan.

Malam membuatku lega karena aku tidak harus selalu bersaing dengan bayangan2ku sendiri yang selama ini aku selalu dibuat bingung olehnya dengan pertanyaan2 “ yang mana lebih dulu , aku atau bayanganku?”. Seperti kisah Peterpan, akupun akhirnya melompat dari bayanganku dan berlari menjauh darinya dan kulontarkan ejekan padanya “ hey lihat, kamu tidak akan pernah lagi memenjarakanku dalam kebodohan bernama kegelapan”. 

Tapi kadang akupun rindu terhadap bayanganku sendiri, jadi sering kali kurobek2 malam agar aku bisa mengintip sedikit saja sinar matahari agar diapun memberi sedikit bayanganku kembali.Biasanya aku pun terus menyesal karena bayanganku selalu akhirnya menjadi manja untuk selalu aku dekap dan menyesakkan nafasku. Akhirnya, aku putuskan aku kembali menjadi Senja, karena di cakrawala bernama jingga itu adalah satu2nya kompromi yang bisa aku lakukan antara berpesta dalam gelapku ataupun berdamai dalam terangku. Dan bayanganku pun menjadi samar dan menghilang…




Percakapan Senja


Mari kita mulai semuanya lagi dari awal. Mari tiupkan napas baru bagi harapan. Usahlah mengeluh tentang hal-hal lama.
Kau dan aku harus mulai belajar untuk lebih banyak berharap dan mengurangi sesal.
Apa lagi yang membuat dirimu meragu?
Kau dan aku sudah berada di sini, telanjur berada di rentang waktu ini. Bagaimana bisa kau membuka lembaran baru, kalau langkahmu masih tertahan di masa lalu?




*percakapan aku dan bayanganku ~ suatu senja di Jakarta

Freakkaito, 8th April 2013

Thursday, March 21, 2013

Dandelion's Promise

seperti biasa aku selalu melewati rentetan gedung-gedung perkantoran menuju tempatku bekerja, sebelum 3 hari yang lalu, aku tak pernah terlalu menaruh perhatian terhadap aktifitas yang ada di sekitaran tempat itu, hingga pada suatu pagi langkahku terhenti tatkala aku menedengar alunan lagu yang tak asing bagiku.

suara itu sempat mengentikan langkahku barang dua atau tiga detik, namun saat kucoba mendengarkan dengan seksama suara itu menghilang... ahh mungkin hanya ada dikepalaku saja. dan akupun beranjak dari tempat itu.

di hari kedua aku memperlambat langkah saat mendekati tempat itu, aku mulai memperhatikan suasana yang ada. baru kusadari kalau diantara gedung gedung besar itu terdapat beberapa toko kue, bunga dan beberapa toko kecil lainnya, aku mengamati sambil berlalu... berharap mendengar lagi nada nada tempo hari..

penggalan nada yang tak asing itu cukup mengusik hariku.... tiap kali ada waktu luang aku mencoba mencari tau lagu apa dan dimana aku pernah mendengarnya, sungguh akrab ditelingaku... musik yang membawa kenangan tersendiri bagiku...

hingga hari ketiga, aku mulai malas diusik oleh pertanyaan pertanyaan bodoh tentang lagu itu. namun siapa sangka saat aku melewati tempat itu, kembali aku diperdengarkan dengan musik yang sama, kali ini lebih jelas dan lebih lama... datangnya dari sebuah toko kue yang masih beraroma butter di seberang pedestrian tempat ku berdiri mematung sekarang..

"Dandelion's Promise" aku langsung mengenali lagu itu, itulah mengapa aku merasa sangat mengenalnya.. sangat akrab ditelingaku. sesaat aku merasa seperti dipeluk oleh kenangan... hangat.. dekat.. hingga aku bisa mencium aromanya... aroma tubuhmu.. aku bisa mendengarnya... gelak tawamu... tangismu... kerinduanmu dan kesedihanmu...

........
musik yang dilantunkan dalam versi violin itu mulai mendekati akhirnya.... aku memejamkan mata sejenak, tersenyum dan air mata ku menetes.

hai.. kau yang sangat menyukai lagu ini, apakabar dirimu sekarang? bahagiakah dirimu disana? 
aku menengadahkan kepalaku... menatap langit pagi yang cerah, dan manyapamu... sahabat terbaikku...




*) dedicated to my beloved friend : Alm. Ardiansyah Saputra . kawan aku telah mengukir setangkai dandelion di puncak Rinjani, untukmu, seperti janjiku.

Sunday, March 17, 2013

Becoming a father...

senyum tak lepas dari wajahku tatkala aku membaca salah satu tulisan sahabat lamaku yang bercerita mengenai kehamilan pertamanya. sungguh luar biasa pastinya, mendapatkan anugrah dan hal yang palig luar biasa dalam hidup.
aku tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya seorang lelaki yang akan menjadi seorang ayah, menantikan sosok mungil yang kelak akan menjadi kebanggan baginya. keluarganya....

pasti itu adalah perasaan yang tak terlukiskan, sebuah keajaiban yang menjadi nyata..

mungkin aku tidak akan memiliki pengalaman seperti itu, mungkin saja... siapa yang bisa tahu, toh aku yakin tidak semua laki laki memiliki kesempatan merasakan perasaan itu, meski aku sangat menginginkannya.

hmmm let me think about it..... kurasa aku sudah cukup bahagia dengan kehidupanku sekarang... 



.
menjadi ayah bisa ditunda dan tapi menjadi diri sendiri.. tak bisa kompromi.. :)

freakkaito march 2013



Wednesday, February 20, 2013

Rindu

Sepi.
Senyap.
Hening.
Di luar sana langit masih bercengkrama dengan gerimis.
Aku sendiri.
Menengadahkan kepala menatap langit senja yang menghitam.
Angin dan rinai berebut saling mendahului.
Riang, ringan dan resah.
Lalu, bayangan masa lalu melintas di sana.
Penuh canda, tawa diselingi duka.
Aku terngungu. 
Sesak dada ini seketika.
Tersadar, rindu itu melintas tiba-tiba...


hey kamu, yang memanggilku Bee..


- after the theme song of Yiruma - Kiss the rain - 

Thursday, February 7, 2013

escape to Jogja

aku langkahkan kakiku memasuki warnet ini, perasaanku campur aduk. teriknya cuaca jogja masih berpacu dengan suhu tubuhku yang terus naik, demam semalam belum menampakkan tanda tanda mereda sepertinya...

berawal dari email yang kuterima awal minggu ini yang akhirnya mebuatku memutuskan untuk menghitung hitung budget yang kupunya bulan ini. Jogja, kesanalah aku harus pergi minggu ini, sangat mendadak, aku sempatkan untuk melihat lihat tiket disela sela jam kerjaku. aku tak butuh tiket pulang pergi, cukup tiket pulang saja, untuk berangkat kurasa kereta cukup bersahabat dengan keuanganku sekarang..

tiket pesawat sudah ditangan, namun belum aku print, sekedar jaga jaga agar tak ada yang tahu mengenai rencana ini. sementara tiket kereta kuputuskan untuk membeli dihari keberangkatan, sepulang kerja. dengan pertimbangan bukan musim liburan, pasti masih banyak tempat kosong tersisa.. everything set.

dihari H rencana keberangkatanku aku terserang flu, semoga tidak tambah parah, aku masih menguatkan niatku untuk tetap pergi ke Jogja. hingga sekitar pukul 4 sore Jakarta diguyur hujan lebat, sangat lebat yang mengakibatkan banjir dimana-mana. aku menyerah....

aku berbicara pada Tuhan, "wahai Tuhan apakah memang aku tidak Kau ijinkan untuk pergi? ah aku tidak percaya kalau Kau berniat mematahkan usaha hambamu", namun hujan tak kinjung reda juga. aku urungkan niatku untuk kestasiun kereta langsung sepulang kerja, dalam hatiku berkata "aku ingin pulang kekos dulu, jika kos tidak banjir maka aku memang harus ke stasiun"

setiba di kos ternyata tidak banjir, aku hanya bisa menghela nafas. berarti aku harus ke stasiun.setelah mandi dan packing aku beranjak ke stasiun, melihat kemacetan jakarta kembali aku berkata "kalau tidak ada kereta lagi maka aku gak jadi kejogja"
setelah menembus hujan menuju stasiun dalam keadaan basah kuyup aku melengos, aku lihat loket masih buka dan kereta masih ada karena delay. mau tak mau aku membeli tiket dan masuk kekereta, tepat setelah aku masuk kereta pun berangkat "ya Tuhan adakah Engkau sedang menguji keteguhanku?"

perjalanan malam dengan kereta bukanlah ide menarik bagi penderita flu, suhu badanku naik dan aku nyaris tidak dapat beranjak dari tempat dudukku. beruntung seorang ibu disebelahku telaten mengoleskan minyak angin yang malah justru membuatku mual, yah apa daya menolak pun aku sudah tak sanggup.

kereta merapat di stasiun Tugu pukul 7 pagi, sementara acaraku jam 8 pagi di daerah pinggiran kota, kalau aku tidak berhasil mencapai waktu yang telah ditentukan aku akan kembali ke Jakarta, umpatku. aku harus bergegas mengganti baju dan mandi di toilet stasiun, setelah aku ucapkan banyak banyak terima kasih ke ibu itu aku langsung melesat ke kamar mandi. dengan suhu tubuh yang masih tinggi kupaksakan untuk menyentuh air yang dingin ... badanku menggigil sejadi jadinya.

akupun berpakaian dengan cepat, dan tanpa sempat sarapan atau mengisi perut dengan air putih aku sudah celingukan mencari taksi di depan stasiun.
akhirnya kudapatkan taksi dan kurebahkan badanku yang makin lemah ke jok dalam dan menyebutkan tujuankku, taksipun melesat. tepat jam 8 aku tiba dilokasi. lagi lagi aku merasa Tuhan sedang bercanda denganku, aku bisa tiba tepat pada waktunya.

acara berlangsung hingga pukul 14.30, aku sudah tak punya cukup sisa tenaga untuk naik angkutan umum Jogja dengan suhu udara dan tubuh seperti ini, belum lagi aku harus memprint tiket pesawatku.

akhirnya aku disini, didalam warnet untuk mencetak tiket onlineku.dan masih belum sempat mengganjal perutku.
aku merasa bersalah untuk pergi tanpa berkata apapun padamu, aku hanya tak ingin kamu kecewa dan mengkhawatirkanku..
maafkan aku ... aku kan segera menemuimu di Jakarta.


Jogja 7 feb 2013